Pages

  • Portfolio
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
youtube google+ twitter instagram
Bengkel Sastra

  • Home
  • Profil
    • Tentang Kami
    • Kontak
    • Kepengurusan
  • Berita
    • Sastra
    • Budaya
  • Kategori
    • Puisi
    • Ulasan
      • Puisi
      • Cerpen
      • Naskah Drama
      • Novel
      • Film
      • Pertunjukkan Teater
    • Cerpen
    • Naskah Drama
    • Pementasan Teater
  • Info Acara
  • Karya

Pencarian

Oleh: Juju Junengsih


Kau menyelami ujung kaki yang tidak selalu memapah pergi

Barangkali yang dicari-cari, terselip di antara jari-jari kram yang menggigil ketakutan.

Kemudian kau berlari menuju pusar

Barangkali yang membuat gusar, meringkuk di sana dengan gemetar.

Kau menyelinap mendekati jantung

Barangkali yang dicari-cari, berbaur dengan pompa darah dan mengalir ke ubun-ubun menciptakan rasa marah.

Kau mencari ke kepala, ke juntai rambut, ke ujung kuku, ke sepanjang nadi, ke mana yang kau tidak pernah menemuinya.

Sampai kau tidak sempat mengukur lelah

Juga menjamah kehilangan yang minta berserah.


Januari, 2022

0
Share

Sajak Kereta Api

Oleh: Nunung Asmawati


Kabin disesaki koper-koper yang lebam

Seseorang duduk tenang memangku kelam

Di dalam kopernya ada lima impian dan lima kesalahan

Cukup membuat warna abu-abu untuk kertasnya yang buram


Jumpa adalah bagian kehidupan yang nyata

Tempat membuatnya lebih kejam dan menyiksa

Sehingga pisah adalah jalan satu-satunya memisahkan raga

Pujangga itu berkata-kata dengan matanya


Hai, pujangga dengan buku usang

Mana yang lebih menenangkan bagimu di antara syair dan inspirasinya?

Mana yang lebih menyakitimu di antara jumpa dan yang dijumpa?

Mana yang lebih mudah ditahan di antara rindu dan umpatan untuk suatu pilu?

Gadis itu mengirimkan tanya lewat tatapnya


Kita adalah jumpa yang dikehendaki semesta

Hingga pisah adalah jalan satu-satunya yang ada

Sajak kereta api ditulis tanpa diminta

Hadirnya tak menjadi kompromi untuk mendukung lupa


Sajak kereta api

Disusun bersama dengkur orang tidur

Basah embun subuh

Serta dingin penyejuk di atas kabin


Sajak kereta api

Dalam hitungan sebelas purnama terlewati

Rapi, menenangkan, membuat rindu lagi dan lagi

Juga membuat perih lagi dan lagi






Diadaptasi dari perjalanan penulis

ke kota Kediri



Nunung Asmawati




0
Share

 Membangun Ulang Imaji

Muhammad Izat


Merangkak tubuh penuh peluh

tanpa tangan, tanpa kaki

hanya bertaut pada mimpi

lidah lunak menari, menampar

mengiris tekad yang dikata usang

.

Menitik,

menodai pipi yang lama kotor

mengalir deras membawa khayalan


Terbungkam,

imaji masa depan yang dibangun seribu malam

tercekik pahitnya kenyataan

takdir membenarkan sumpah serapah orang-orang


Tersadar,

manusia hanya boneka dengan perasaan

.

Terasa nyaman dengan pilihan Tuhan

sembari meraba setapak jalan

kerikil kecil melukai tangan

hati masih berharap berganti jalan

walau terpampang batu besar dipersimpangan

.

Cerita sedih diakhir tahun ini

menggenggam tangan untuk bertahan

mengisyaratkan untuk berpisah pada angan

merajut kembali setiap mimpi

membangun ulang imaji

0
Share

Ziarah

Anggun Nuke Arsita


Sempat kau berlari menjemput tepian

ketika kau dalam genangan

kau ditawari teduh yang terseduh

namun kau tanggalkan dayung

memeluk dan melarung


Lembar lembar buku dan bubuk kopi

dalam kepalamu hanya omong kosong

sebab sejumput tinggal

kau berpaling


Elegi elegi manis

kau kecupkan pada reseptor

kembali kau susun kisah kisah

jadi bantal dan penghantar tidur

hingga termenung


Atas dasar apa kau berbalik

sedang bajumu telah mengering

Surainya ingin bersandar

terlelap tegar


Lantas kau semogakan semoga

pada remang pelukan semu

dalam genangan baru

yang terasa sama


Jombang, 28 November 2021

0
Share

Serendipity

Lathifah Nur Awwaliyyah


Aku bosan diterpa hujan.

Aku menolak, menyerap beribu tetes air.

Aku muak, dengan semua tempa.

Yang sebenarnya hanya berulang saja.

Tapi tentu semua ini tidak bisa berakhir.

Demi keseimbangan semesta berjalan tetap baik.

Hey semesta! Kemana pelangiku?

Apakah waktu telah menenggelamkanmu?

Tolong kembalikan ia! Agar seisi duniaku tersenyum kembali

Hey bumi! Coba sadarlah.

Bukankah sudah kukatakan sejak awal,

Buatlah pelangimu sendiri!

Aku tidak bisa memaksanya selalu hadir usai hujanmu,

Karena memang sejatinya semua tidak kekal.

Cobalah berdamai dengan ribuan rinai yang membasahimu

Kelak akan tercipta dengan sendirinya,

Hal-hal baik yang menjadi keberuntunganmu.

Teruslah berjuang membahagiakan seisi dunia,

Sampai aku memberikan bahagia yang sesungguhnya.

***

Puisi ini kubuat sebagai ucapan terima kasih, untuk seseorang yang tidakku sangka kehadirannya. Meski singkat, namun ia memberikan banyak pengalaman dan pengetahuan. Memberikan banyak pesan, canda, dan luka. Yang telah bersedia memberikan pundak, telinga, dan sapuan tangan. Meski kini ia telah pergi, namun hadirnya masih tetap kuharapkan kembali.

0
Share

 Jejak Dini Hari

Karya Gadis Oktafiyanti


Pada pergantian malam dan pagi

Pada tiga puluh menjadi satu

Langit masih menampakkan indahnya purnama


Suara langkah kaki berbunyi

Datang tanpa niat baik

Menghancurkan keheningan

Di rumah para jendral


Suara bedil yang menggema

Membangunkan para insan yang tertidur lelap

Pelurunya menancapkan isi rumah

Ade kecil yang tidak ada salah

Mereka tancapkan peluru ke punggungnya


Para jendral bersiap-siap

Para jendral berdoa

Tetapi mereka keluarkan bedil itu

Ke dada para jendral


Alangkah kejamnya mereka

Tak sampai saat itu

Mereka menyeret bagaikan bangkai hewan


Di markas para penjahat


Tak henti-hentinya mereka menyiksa

Diancam, dicaci, disilet, ditembak

Diseret, dikubur, ditembak pula

Sungguh kejamnya mereka

0
Share

 Goresan Takdir


Dika Amalia Lutfiana


Kau tahu tidak?

Ternyata orang yang paling bahagia bukan yang bergelimang harta

Bukan pula orang yang memiliki jabatan tinggi dengan segudang prestasi

Bukan pula yang selalu berbangga diri




Ternyata orang yang paling bahagia adalah ia yang bisa menerima

Ia terima semua goresan takdir yang diberikan untuknya

Untuk yang masih bisa diupayakan? Tentu saja ia upayakan

Sisanya ia serahkan pada pemilik semesta

Bukan, bukan karena ia pasrah, tetapi karena dia tahu

Ia paham betul bahwa Tuhan-Nya selalu tahu bagaimana menenangkan hati hamba-Nya




Jalan-jalan yang sulit dilewati

Tentu saja tak membuat dia gentar

Tentu saja dia tak menyerah, justru ia kerahkan semua usahanya

Tuhan pasti akan selalu membantu, begitu pikirnya

Ia jadi orang yang ikhlas menjalani kehidupan




Tahun ini aku dapat banyak pelajaran berharga

Hadiah indah yang dikemas bersama canda dan tawa

Tetapi, kegagalan dan penolakan tentu datang

Suka dan duka memang satu pasang, kan?




Tetapi, aku selalu ingin menjadi salah satu orang yang bisa menerima

Menerima semua goresan indah dari Tuhan untuk hidupku
0
Share
Postingan Lama Beranda

Selamat Datang!

BengkelSastra.com

Selamat datang di situs Bengkel Sastra. Di sini Anda akan menemukan informasi seputar sastra dan budaya. Anda juga dapat melihat hasil karya dari anggota Bengkel Sastra seperti puisi, cerpen, dan lainnya.

Follow Us

  • google+
  • youtube
  • twitter
  • instagram
Bengkel Sastra. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Twitter

Tweets by @bengsas

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Copyright © 2015 Bengkel Sastra

Created By ThemeXpose