PUISI: Mata Air Ketabahan

MATA AIR KETABAHAN
-Melani-
Sumber foto: pinterest.com



Sabar yang mengakar di jendela-jendela tua tempat Raja memberi cahaya pada Ibrahim 
Menjadi tangga dari sajak-sajak cinta yang mengekar dari masa ke masa 
Rihlah keimanan dari pundak istri Ibrahim, menyusuri tanah yang akan menjadi kisah juang dari ibadah haji
Bunda Hajar, menjadi sosok paling tabah dibuai desir pasir bernama ikhlas

Hendak kemana pelabuhan Tuan meninggalkan permaisuri yang hanya meninggalkan aroma rindu jua lara
Tidak menoleh, tidak menitipkan apapun, selain rasa pedih yang mendalam
Tersebab Hajar dan Ismail seorang diri di lembah gersang tanpa sesiapa yang menolong
"Wahai, jika ini ialah perintah Raja, maka aku ridho." Wanita yang tabah, disertai cinta yang luruh pada nadi Ismail
Mengayuh kaki, berharap para sufi bertandang diantara bukit-bukit pasir 
Melarikan diri dari semesta yang gugup berpapasan dengan ibu Ismail
Hajar terus berjalan, memberi jejak di hamparan padang kersik 
Diselimuti rinai permata, diantara bisik-bisik angin yang ikut mengais Ismail di lembah gersang

Akulah perempuan itu, yang berjalan; berlari kecil dari Shafaa ke Marwa
Hendak apa yang Raja ingin tunjukkan pada istri  Ibrahim dan Ibu Ismail ini
Aku rela menanggung sesak sejak pertemuan kaki dan lembah tanpa daun

Kasih yang memanggil detak Hajar, di dada Ismail yang mengerang kehausan
Raga kian menggigil, mendengar tangis Ismail yang mengeras
Sementara, sepucuk air pun belum ditemui 
Sampai pada perdamaian lelah dan nestapa, dentum kaki Ismail pada gurun pasir
Merekah mata air ketabahan
Air syahdu yang lahir dari serdadu rasa ikhlas
Sebagai perempuan mulia yang diamanahi menjadi Ibu Ismail; Siti Hajar

Purwakarta, 21 Februari 2019

Bengkel Sastra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar